WELCOME

   
  deryjamaluddin
  Evaluasi Non-Tes
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah,lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistemevaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akanmenghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk  belajar yang lebih baik.

Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri. 

B.     Rumusan masalah

1.    Apa definisi evaluasi non-tes ?

2.    Apa saja instrumen evaluasi non-tes ?

3.    Apa kelebihan dan kekurangan evaluasi non tes ?

C.     Tujuan

1.      Mengetahui definisi evaluasi non-tes

2.      Mengetahui instrumen-instrumen evaluasi non-tes

3.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan evaluasi non tes

 


 

BAB  II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Evaluasi Non-Tes

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentery analysis) (Anas sudijono, 1996: 76)

 

 

B.     Instrumen Evaluasi Non-Tes

1.    Observasi (observation)

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentua (zainal arifin, 2011: 153)

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam :

a)      Observasi partisipatif dan nonpartisipatif 

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikutambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.

Contoh observasi partisipatif :

Misalnya guru mengamati setiap anak. sedangkan observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

b)      Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamatiSedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yangakan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasamadan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku peserta didik dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

c)      Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk :

1)      Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. 

2)      Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

3)      Suatu tes essay / objektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.

a.    Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

1)      Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran

2)      Direncanakan secara sistematis

3)      Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan

4)      Dapat diperika validitas, rehabilitas, dan ketelitiaanya

 

 

 

 

b.         Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1.      Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak

2.      Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatugejala atau kejadian yang penting

3.      Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket

4.      Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

c.          Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1.      Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangatdirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannyamaka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yangmenyayi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.

2.      Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.

3.      Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrolsebelumya

Langkah-langkah menyusun observasi :

a)      Merumuskan tujuan

b)      Merumuskan kegiatan

c)      Menyusun langkah-langkah

d)     Menyusun kisi-kisi

e)      Menyusun panduan observasi

f)       Menyusun alat penilaian

2.    Wawancara (Interview)

Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaanyang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu :

pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara.

Kedua, adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telahmenyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

a.       Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal inihendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai 

b.      Keterampilan pewawancara Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakanwawancara.

c.       Pedoman wawancara keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :

a.       Perumusan tujuan

b.      Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

c.       Penyusunan kisi-kisi

d.      Penyusunan pedoman wawancara

e.       Lembaran penilaian

f.       Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara yaitu :

a.       Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung padahubungan baik antara pewawancara dengan objek 

b.      Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya

c.       Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.

d.      Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancaradengan objek.

Sedangkan Kelemahan wawancara :

a.  Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individuyang diwawancarai

b. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaanwawancara

c.  Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara

d.                         Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasilwawancaraAda dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu :

1)   Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilahwawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview). 

2)   Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

a)      Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apayang akan ditanyakan 

b)      Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut

c)      Harus menjaga hubungan yang baik 

d)     Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya

e)      Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas

f)       Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara

g)      Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data

h)      Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama

i)        Guru harus mengobrol dalam wawancara

j)        Batasi waktu wawancara

k)      Hindari penonjolan aku dari guru

 

3.    Skala sikap (attitude scale)

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -orang maupun objek-objek tertentu.(zainal arifin,2011: 159)

Dalam mengukur sikap guru hendaknya memoerhatikan tiga komponen sikap, yaitu :

a.       Kognisi, yaitu berkenaan edngan pengetahuan peserta didik tentang objek.

b.      Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek.

c.       Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap objek.

 

4.    Angket  (Questionaire)

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung  maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilaiatau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itudiberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya. Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yangmemberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalahseseorang yang buta huruf  maka dapat dibantu oleh anak, tetangga, atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup danangket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yangia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab

Diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apayang ia ketahui.Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur danangket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

 

 

Kelebihan angket antara lain :

Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanyamembutuhkan waktu yang sigkat.

Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain :

1.    Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-halyang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2.    Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, ataumungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3.    Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

Langkah-langkah menyusun angket :

1. Merumuskan tujuan

2. Merumuskan kegiatan

3. Menyusun langkah-langkah

4. Menyusun kisi-kisi

5. Menyusun panduan angket

6. Menyusun alat penilaian

 

5.    Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis) 

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.  Dengan mempelajari riwayat hidup,  maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

6.    Sosiometri

Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari peserta didik  dalam suatu kelas, yang meliputi struktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah hubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas. Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu :

a)      Langkah pemilihan teman

disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.

7.    Rating scale atau skala bertingkat

Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

8.    Pengembangan Penilaian yang Inovatif 

Metode penilaian saat ini berkembang karena berubahnya hal-hal yang dianggap penting dalam proses belajar, seperti komunikasi dan penggunaan teknologi. Tidak semua hasil proses belajar dapat diukur dengan metode penilaian formal (tradisional) seperti ujian tertulis yangselama ini dipergunakan. Untuk itu diperlukan metode-metode penilaian yang baru, metode penilaian yang lebih inovatif untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Metode inovatif lebih menekankan pada :

a.       proses dari pada isi

b.      teknologi

c.       kerja sama

d.      komunikasi

e.       partisipasi aktif siswa

f.       aplikasi di lapangan.

Oleh karena itu, penilaian yang bersifat inovatif ini, yang juga dikenal dengan penilaian informal biasanya muncul bersamaan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar. Metode penilaian inovatif  menilai di antaranya melalui portfolio, jurnal siswa, concepts maps (peta konsep), annotated classlist, pertanyaan-pertanyaan, Cognitive Process Checklist, kualitas afeksi siswa, dan penilaian siswa terhadap diri sendiri.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

 

Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik evaluasi ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidkan baik individual maupun secara kelompok. Teknik non-tes terdiri atas : Observasi (pengamatan), Wawancara (interview), Angket (Questionave), Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary Analisis), dan Sosiometri. Tiap-tiapmetode penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi pada dasarnya dapat diterapkan (disesuaikan) pada semua mata pelajaran pada sistem belajar mengajar kita. Akhirnya, aktivitas penilaian yang baik adalah identik dengan aktivitas pengajaran yang baik. Mengacu klasifikasi domain tujuan pendidikan menjadi domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka untuk mencapai tujuan ketiga domain tersebut diperlukan instrumen yang valid untuk mengukur pencapaian ketiga domain tersebut. Pengukuran domain afektif tidak semudah mengukur domain kognitif. Pengukuran domain afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku peserta didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk mengukur domain afektif dan sebagian psikomotor diperlukan pengembangan instrumen evaluasi non-tes (alternative test). Pengembangan instrumen ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan pengembangan instrumen evaluasi tes. Untuk itu, diperlukan kajian yang seksama dalam menurunkan serta menjabarkan domain afektif ke dalam aspek-aspek yangspesifik untuk dapat mengembangkan instrumen yang valid dan reliabel. Ada beberapa alat penilaian yang sering digunakan dalam penilaian. Alat tersebut adalah skala penilaian, daftar cek, catatan anekdot, dan catatan kumulatif.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anas Sudijono. 1996. Pengantat evalusi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Nana Sudjana. 1991.Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar.

Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan pembelajaran. Bandung: prospect

Zainal Arifin. 2011.  Evaluasi pembelajaran. Bandung: Rosdakarya

“Nurgiantoro”, instrumen penilaian nontes. http://indonesia-admin.blogspot.com/2011/02/makalah-instrumen-penilaian-non-tes.html.  13 Oktober  2011. 12.30

“Dewi Nur Wahidah Sonaasih, dkk”, tekhnik dan alat evaluasi pendidikan non-test.

http://www.scribd.com/doc/16650725/Alat-Evaluasi-Pendidikan-Nontes.  13 Oktober 2011. 12.30

 

 
  Today, there have been 85 visitors (106 hits) on this page!  
 
Semoga Bermanfaat
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free