WELCOME

   
  deryjamaluddin
  Asas-asas Kurikulum
 

ASAS – ASAS KURIKULUM

KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul “Asas – asas Kurikulum”.

Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Perkembangan Kurikulum dengan dosen pembimbing Prof. Dr. H. Afifuddin, MM dan asisten dosen Dra. Dina. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini meliputi: asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi.

Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari beberapa literatur, terutama buku-buku pegangan yang biasa dipakai di sekolah. Pembaca mungkin akan menemukan beberapa kekurangan  dan kesalahan penulisan dalam makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata, semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.

 

 

 

 

 

Bandung,  11 Oktober 2011

 

 

                                                                                     Penulis

 

 

 

 

 

 

i

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR .................................................................................  i

DAFTAR ISI ...............................................................................................  ii

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah .........................................................................  1

B.     Rumusan Masalah ...................................................................................  1

C.     Tujuan Penulisan .....................................................................................  1

D.    Metode Penulisan ...................................................................................  2

 

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurikulum.............................................................................. 3

B.     Asas Filosofis........................................................................................... 4

C.     Asas Psikologis........................................................................................ 5

D.    Asas Sosiologis........................................................................................ 7

E.     Asas Organisatoris................................................................................... 8

F.      Asas Teknologi .......................................................................................  9

 

BAB III PENUTUP

Simpulan .......................................................................................................  11

Daftar Pustaka ..............................................................................................  12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ii

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum, memegang nasib bangsa dan negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara.

Betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu. Oleh sebab itu, setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang berkenaan dengan asas-asas kurikulum. Lebih jelasnya akan dibahas pada bab berikutnya.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan asas filosofis?

2.      Apayang dimaksud dengan asas psikologis?

3.      Apa yang dimaksud dengan asas sosiologis?

4.      Apa yang dimaksud dengan asas organisatoris?

5.      Apa yang dimaksud dengan asas teknologi?

 

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan asas filosofis.

2.      Mengetahui pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan asas psikologis.

3.      Mengetahui pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan asas sosiologis.

4.      Mengetahui pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan asas organisatoris.

5.      Mengetahui pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan asas teknologi.

 

 

 

1

D.    Metode Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur dan buku sumber yang berkenaan dengan asas – asas kurikulum.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Kurikulum

Kata kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Kata ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus pada tahun 1856. Kurikulum diartikan sebagai “chariot”, artinya semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finish. Berikut disebutkan beberapa definisi kurikulum menurut para ahli:

1.    William B. Ragan menggunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah.

2.    J.Lloyd Trump dan Delmas F. Miller mengartikan kurikulum secara luas. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi, hal-hal struktural mengenai waktu dan jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

3.    Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah, yakni peserta didik, pendidik dan masyarakat.

Kesimpulannya, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, yakni suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum ini  lazim mengandung harapan-harapan yang sering berbunyi muluk-muluk.

 

 

 

 

 

3

B.       Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.

Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis.

Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.

Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh.

 

4

Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.

Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:

1.    Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.

2.    Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.

3.    Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.

4.    Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.

5.    Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah tercapai.

6.    Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

 

C.      Asas Psikologis

a.    Psikologi Anak

Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatian yang menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum.

 

 

5

Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah:

·      Anak bukan miniatur orang dewasa

·      Fungsi sekolah diantaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya

·      Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum

·      Anak harus menjadi pusat pendidikan atau sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar

·      Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya

·      Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

b.    Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik serta dapat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita mengetahui betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya.

Oleh sebab itu belajar ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada umumnya tiap teori mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar. Jadi, yang mencakup segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling pelik. Dengan demikian, teori belajar dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.

 

 

6

Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:

1.    Seleksi dan organisasi bahan pelajaran

2.    Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi

3.    Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)

Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:

1.   Aspek ketakwaan: Dikembangkan dengan kelompok bidang agama.

2.   Aspek cipta: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.

3.   Aspek rasa: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni.

4.   Aspek karsa: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, agama, dan PPKN.

5.   Aspek karya (kreatif): Dikembangkan melalui kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.

6.   Aspek karya (keprigelan): Dikembangkan dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.

7.   Aspek kesehatan: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan dan olahraga.

8.   Aspek sosial: Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.

9.   Aspek karya: Dikembangkan melalui pembinaan bakat dan kerja mandiri.

 

D.      Asas Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu, golongan, lembaga sosial atau masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.

7

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asasnya. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau “society centered curriculum”.

 

E.       Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.

 

 

 

8

Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.

Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya.

Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif.

 

F.       Asas Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan, sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.

Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar, yang selalu menonjolkan peranan guru terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar berarti belajar mengajar dirinya sendiri. Selanjutnya, sistem penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional, baik yang berupa media cetak maupun non-cetak terutama media elektronik; komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.

 

9

Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai sistem penyampaian misalnya, sistem pembelajaran jarak jauh yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10

BAB III

PENUTUP

 

Simpulan:

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Di dalam mengembangkan kurikulum, perlu diperhatikan asas-asas kurikulum, yang meliputi asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi.

·           Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang dianut.

·           Asas psikologis berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu.

·           Asas sosiologi berarti, kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

·           Asas organisatoris lebih condong kepada masalah dalam pembentukan bahan pelajaran yang akan disajikan, tentunya yang sesuai dengan kurikulum pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan.

·           Asas teknologi yakni kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar, yang selalu menonjolkan peranan guru terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11

DAFTAR PUSTAKA

 

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

http:// www.wordpress.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

12

 
  Today, there have been 44 visitors (60 hits) on this page!  
 
Semoga Bermanfaat
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free