Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pemahaman tentang kurikulum itu sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik yang harus dimilki oleh seorang guru, sesuai dengan bunyi pasal 10, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mengatakan “ bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.”
Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum karena kurikulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model-model pengembangan kurikulum menurut para ahli?
3. Bagaimanakah penjelasan dari model-model pengembangan kurikulum tersebut?
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum menurut para ahli
3. Untuk mengetahui pengertian dari model-model pengembangan kurikulum tersebut
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (200:1) pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. (Wina Sanjaya 2007:177).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyususnan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup (scope) dan urutan (sequence) bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
Berdasarkan perkembangan dan pemikiran para ahli kurikulum, maka dewasa ini telah banyak disajikan model-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik dan ciri khusus pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata (2008:161) membagi membagi model-model pengembangan kuirkulum menjadi delapan model yaitu:
1. The administrative (line staff model) model, merupakan model yang gagasan pengembangannya datang dan para administrator dan menggunakan prosedur administrasi
2. The grass roots model, merupakan model yang inisiatif pengembangannya datang dan pengajar atau sekolah.
3. Beauchamp’s system, merupakan model yang dikembangkan oleh Beauchamp dengan mempertimbangkan lima aspek yakni arena, personalia, organisasi dan prosedur, implementasi dan evaluasi
4. The demonstration model, merupakan model grass roots berskala kecil, yang dilakukan secara formal ataupun kurang formal
5. Taba’s inverted model, merupakan model pengembangan yang bersfat induktif
6. Rogers’s interpersonal relation model, merupakan model pengembangan kurikulum dilihat dari perkembangan dan perubahan individu
7. The systematic action reseach model, merupakan model yang didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial
8. Emerging technical model, merupakan suatu model pengembangan kurikulum yang dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK serta nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisinis.
Selain itu Ase Suherman dkk (2006. 60-66) membagi model pengembangan kurikulum menjadi:
1. Model Ralph Taba
2. Model administrative
3. Model Grass Roots
4. Model demonstrasi
5. Model Miller-Seller
6. Model Taba”s (inverted model)
Sementara itu Wina sanjaya (2008: 82-91) membagi model pengembangan kurikulum menjadi empat bagian yaitu:
1. Model Tyler
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp.
Dalam makalah ini, akan dipaparkan model-model pengembangan kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008:161).
1. The administrative model (Line Staff)
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model pengembangan paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidkan dan menggunakan prosedur administrasi.(Nana Syaodih Sukmadinata 2008 : 161).
Model pengambangan ini bersifat sentralisasi, yaitu dengan wewenang adminstrasinya, administrator pendidikan (dirjen, direktur atau kepala dinas pendidikan propinsi membentuk suatu komisi yang anggota-anggotanya terdiri dari tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya seperti ahli pendidikan, ahli kuirkulum, ahli disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan(tim pengarah). Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah konsep ini tersusun, administrator pendidikan membentuk kembali sebuah tim yang disebut tim kerja (anggotanya para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru bidang studi yang senior) tim ini bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih oprasional, dijabarkan dalam konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah mulai dari penyusunan tujuan sampai pada tahap rencana pelaksanaan evaluasi. Setelah selesai maka hasil kerja tim kerja dikaji ulang oleh tim pengarah. Dan setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan maka administrator menetapkan mulai berlakunya kurikulum tersebut dan memerintahkan kepada sekolah-sekolah untuk melaksanakannnya. Pada waktu pelaksanaan tim administrator selalu melakukan pemantauan.
Kurikulum dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada pelaksanaan kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat sentralisasi.
2. The graas roots model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan oleh Stanley dan Shores yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.” (2008: 163). Alur pengembangannya adalah guru, selompok guru atau seluruh guru disuatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.Kemudian kurikulum tersebut dapat diberlakukan sebagai pedoman dalam pelaksanan pendidikan atau pengajaran di sekolah tersebut. Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala ide mulai dari perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya dilapangan adalah hak otonomi sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang lebih tinggi di atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, bisa dilaksanakan apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots, akan lebih baik. Pengembangan model ini, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang sejenis pada bidang sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya., memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
3. Beauchamp”s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh seorang ahli yang bernama Beauchamp. Model ini, yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata terdiri dari lima tahap, yaitu:
· Pengambil kebijakasanaan menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup.
· Menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kuirkulum. Orang yang telibat terdiri dari empat kategori yaitu:
o Para ahli pendidikan /kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuirkulum, dan para ahli dari bidang ilmu luar,
o Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih,
o Para profesional dalam sistem pendidikan,
o Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
· Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pada langkah ini ditetapkan prosedur dalam penyusunan rumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan menentukan keseluruhan desain kurikulum. Pada tahap ini terdiri dari lima langkah yaitu:
o Membentuk tim pengembang kurikulum;
o Mengadakan peniliaan atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan yang sedang digunakan;
o Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru;
o Merumuskan kreteris-kreteria bagi penetuan kuirkulum baru;
o Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
· Implementasi kurikulum
· Evaluasi kurikulum ( evalusai pelaksaaan kurikulum oleh guru, evaluasi desain kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa, dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum).(2008:163-165).
4. The demosntration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurkulum atau mencakup keseluruhan koponen kurikulu. Karena sifatnya ingin mengubahatau mengganti kurikulum yag ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
Menurut Smith, Stanly, dan Shores, ada dua variasi model demonstrasi ini, yaitu :
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan dengan pengembangan kurikulum yang bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas. Kegiatan dan pengembangan ini biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan yang berwenang seperti direktorat pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan, dan sebagainya.
2. Bentuk yang kedua kurang bersifat formal karena dilakukan secara sendiri/perorangan, maksudnya ada beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, kemudian mereka mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri yang cenderung menggunakan hal-hal lain yang berbeda dengan yang berlaku. Dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik, untuk kemudian digunakan di daerah yang lebih luas.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari pengembangan kurikulum dengan menggunakan model demostrasi ini. Kebaikan dari metode ini diantaranya :
1. Karena kurikulum dilaksanakan disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis.
2. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh administrator, dibandingkan dengan perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh.
3. Pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model demonstrasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokuentasinya bagus tetapi pelaksanaannyatidak ada.
4. Model ini sifatnya grass roots, yang menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yag dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.
Adapun kelemahan alam model ini yakni bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan, dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.
5. Taba”s inverted model
Menurut Taba pengembangan model ini lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru, karena bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari model tradisional. Model ini terdiri dari lima langkah yaitu:
1. Mengadakan unit-unit eksprimen bersama guru-guru, unit yang dieksprimen meliputi:
o Mendiagnosis kebutuhan,
o Merumuskan tujuan-tujuan khusus,
o Memilih isi,
o Mengorganisasi isi,
o Memilih pengalaman belajar,
o Mengorganisasi pengalaman belajar,
o Mengevaluasi dan
o Melihat sekuens dan keseimbangan.
2. Menguji unit eksprimen, yang bertujuan untuk mengetahui validitas, keperaktisan serta serta kelayakan penggunaannya.
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi (tahap perbaikan dan penyempurnaan serta penarikan kesimpulan).
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk atau sesuai.
5. Implementasi dan disemenasi
6. Roger”s interpersonal relations model
Model ini lahir dari asumsi yang menurut Roger bahwa manusia berada dalam proses perubahan (becoming, dveloping, chaning), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:167). Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan ke arah perkembangan. Guru atau pendidik bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Roger mengemukakan model ini terdiri dari empat langkah yaitu:
1. Pemilihan target dari sistem pendidikan, pada langkah ini kreteria yang harus ada adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.
2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Guru dan pejabat pendidikan bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok yang intesif, dari pertemuan tersebut diperoleh hal-hal yang merupakan ide-ide dalam pengembangan kurikulum di lapangan.
3. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok intensif antara pejabat pendidikan dan guru.
4. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok, artinya orang tua telibat juga dalam kegiatan intensif kelompok tersebut.
Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Seperti tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok.
7. The systematic action-research model
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada: hubungan insana, sekolah dan organisasi masyarakat, dan wibawa dari pengetahuan profesional. Model ini terdiri dari dua langkah yaitu:
1. Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut.
2. Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama, kegiatan ini segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan fakta-fakta. Data-data tersebut berfungsi: menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, dan sebagai bahan unutk menentukan tindakan lebih lanjut
8. Emerging technical models
Perkembangan bidang teknoogi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya:
1. The behavioral Analysis Model
Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/ kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur ,mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
2. The System Analysis Model
Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua, adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi thap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa p rogram pendidikan.
3. The Computer Based Model
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan computer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam computer.
Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyususnan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Nana Syaodih Sukmadinata (2008:161) membagi membagi model-model pengembangan kuirkulum menjadi delapan model yaitu:
1. The administrative (line staff model) model
2. The grass roots model
3. Beauchamp’s system
4. The demonstration model
5. Taba’s inverted model
6. Rogers’s interpersonal relation model
7. The systematic action reseach model
8. Emerging technical model
Selain itu Ase Suherman dkk (2006. 60-66) membagi model pengembangan kurikulum menjadi:
1. Model Ralph Taba
2. Model administrative
3. Model Grass Roots
4. Model demonstrasi
5. Model Miller-Seller
6. Model Taba”s (inverted model)
Sementara itu Wina sanjaya (2008: 82-91) membagi model pengembangan kurikulum menjadi empat bagian yaitu:
1. Model Tyler
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan.
Sukmadinata,N.S.(2004) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek: Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Andriew.blogspot.com/.../1-model-model-pengembangan-kurikulum
Chandrawati.wordpress.com/.../model-model-pengembangan-kurikulum